Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Puisi_Sintia NA

Separuh Aku Aku tau. Jauh adalah jembatan panjang menuju kata sempurna untukku. Tapi, apakah kau tidak bisa membaca bagaimana isi hatiku? Yang bahkan sebelum kau membacanya, tatapanku bisa menyiratkan itu semua. Ataukah hati yang kau miliki terlalu acuh untuk menerima itu? Kau tau, waktu yang kujelajah setiap harinya seperti gurun pasir. Langitpun selalu kelabu. Angin hanya menyampaikan pesan kepedihan. Aku mulai muak hidup dengan hatiku yang semakin mengering setiap harinya. Yang rasanya aku sulit untuk berjalan. Karena separuh aku, telah terenggut. Menghilang untuk tak pernah kembali.

Puisi_Sintia NA

Pijaran Api Malam seolah disulap menjadi jelmaan siang dalam satu malam Langit yang tadinya temaram berubah haluan Ia bersinar bagaikan lampion-lampion yang memenuhi jalan-jalan Hati bergemuruh hebat menyesakkan rongga dada saking bahagia Orang-orang berlalu lalang dengan senyum mengembang Akhirnya kemenangan yang dinanti sebulan dengan setia datang 

Puisi_Sintia N.A

Penyair Kesepian Inilah aku Aku adalah aku Si penyair kesepian Bersembunyi dalam diam Menghilang saat fajar datang Tak terlihat saat malam menjelang 

Puisi_Sintia N.A

Rindu Mendesak Kalbu                                                                                                                                 Rindu Aku masih di sini Menyimpanmu dalam hari-hari Mengabadikanmu dalam bingkai hati Kini aku tak bisa memberi Apa yang kau ingini Pelepasan Bertemu ia si penggenggam harapan

Puisi_Sintia N.A

Mata Pelangi                                     Aku beku Dalam lelahku Tersungkur panjang Dalam diam Semua gelap Dingin dan mencekam Aku sekarat Izinkan aku selamat Untuk melihat malaikat penghilang lelap Kau Dimana? Mata pelangi Aku masih di sini menanti 

Puisi

Pelangi Senja                                                             Oleh : Sintia N.A Aku bagai batu Tergugu pilu Hati teriris sembilu Merana tanpa air mata Perih. Tegakah engkau. Sang pelangi senja? Kenapa? Kau merampas bahagia Menorehkan luka yang kentara Aku hanya ingin bahagia dengan dia Pemilik hati yang telah kau bawa Bukankah kau selalu hadir bersama tawa? Tapi, kenapa kali ini kau datang bersama luka? Kini aku sendiri Menggigil dalam diam