CERPEN
Akasia untuk Alengka Oleh : Sintia NA Nyatanya perasaan yang telanjur tumbuh dan semakin dalam sulit untuk dimatikan. Padahal dengan jelas aku sadar, hanya pengabaian yang aku dapatkan atas semuanya. Maaf. Karena tak bisa memenuhi janji, untuk selalu berdiri kokoh meski badai datang menghadang. Karena tanpamu, aku hanya pohon rapuh tanpa ranting yang menunggu untuk tumbang. Aku tahu kau lelah, aku juga. Namun, bukankah aku tak boleh menyerah sampai di sini. Jika tak ingin semuanya menjadi sia-sia? Tak adakah untukku kesempatan lagi? Bukankah kau pernah mengatakan “Tak ada kata sempurna untuk menggambarkan manusia. Manusia selalu punya celah untuk melakukan kesalahan.” Atau memang kesalahanku tak termaafkan? Maaf. Karena aku tak bisa menjadi apa yang kau inginkan. Aku malah membuatmu merasakan sakit yang begitu dalam. Tapi, sungguh aku menyesali semuanya. Tak bisakah, kita memulainya dari awal? Kenapa, kau hanya diam? Tak pantaskah, telingaku mendengar lantunan syair...