Tak Pernah Menjadi apa-apa

                                                                            

Kita pernah sama-sama buta dalam menafsirkan berbagai hal termasuk perasaan yang awalnya sama-sama tak kita yakini. Kita tak pernah merencanakan apa-apa. Tak pernah ingin melangsungkan hal yang lebih dari sebuah ikatan perteman. Kau pun hanya menganggap aku seperti adik  kecilmu yang sangat menggemaskan. 
Aku tidak pernah berpikir, jika pada akhirnya kamu masuk dalam daftar orang yang aku sukai. Meski di antara kita pada akhirnya tak pernah berakhir apa-apa. 

Secara tidak langsung mungkin aku pernah mengatakan aku menyukaimu. Tapi, aku tidak tahu apakah kau menyadari itu atau tidak. Aku tidak pernah berharap apa-apa dari ini. Karena aku tahu, aku memang tidak akan mungkin memasukanmu ke dalam hidupku, meski aku menyukaimu.

Hanya saja, perbedaan di antara kita terlalu kentara aku tak bisa menerima itu.
Aku senang sekarang kamu sudah baik-baik saja, dan kamu berhasil menemukan seseorang yang bisa menemani hari-hari terburukmu serta seseorang yang bisa menerima segala kekuranganmu.
Aku berharap dia membawamu pada jalan yang lebih baik dari sekarang. 
Dia bisa menggantikan hal yang tidak bisa aku lakukan dulu terhadapmu. 

Sekarang kita sepakat. Kita hanya dua orang yang pernah dekat tanpa pernah menjadi apa-apa dan siapa-siapa. 
Sekarang kita sudah berdamai, bahwa kita memang tidak Tuhan izinkan untuk bisa bersama dalam waktu yang lama. 
Aku tidak tahu, apakah kau pun pernah merasakan apa yang aku rasakan atau tidak tapi, aku bahagia kita pernah dekat dan pernah sama-sama mencoba untuk saling memahami meski pada akhirnya, kita memutuskan untuk tak pernah menjadi apa-apa.



*****

Cikarang, 12 Agustus 2020
Sintia NA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Hanya Rangkaian Cerita yang Tak Tahu Akan Menjadi Apa

Aku Sedang Membaca Kata-kata Dalam Tempurung Kepalamu

CERPEN - Toples Selai Kacang