CERPEN
Rahasia Kecil
Queenbe
oleh : Sintia NA
Kebanyakan orang
mengatakan bahwa menjadi Queenbe atau menjadi
orang yang disukai orang banyak itu menyenangkan. Kita bisa memilih
siapa pun yang kita inginkan tanpa bersusah payah. Atau, ketika kita bosan
menjalani hubungan dengan seseorang kita bisa memilih yang lainnya,
sesimpel itu. Padahal, kenyataannya
tidak demikian.
Banyak hal-hal yang
harus dipikirkan. Perasaan orang itu bukan pasir yang bisa diinjak-injak
seenaknya kemudian ditinggalkan. Bukan juga bola ping-pong yang bisa
dipermainkan seenaknya, dan setelah bosan ditinggalkan. Mungkin, pengecualian
untuk orang yang sama sekali tidak mempunyai hati.
Aku tidak secantik
Bella Swan apalagi Ratu Elizabeth, bisa dibilang cantik di atas setandar dikit.
Tapi, kenapa banyak sekali pria yang menyukaiku? Bukannya aku tidak mensyukuri
apa yang Tuhan berikan. Namun, terkadang aku selalu merasa bersalah ketika
harus memupuskan harapan seseorang. Membuat ia patah hati dan lebih parahnya
membuatnya tidak bisa membuka kembali hatinya untuk cinta yang lain.
Seperti sekarang, Ada,
dua orang pria yang sangat menyukaiku ketika aku belum genap enam bulan menjadi
mahasiswi. Dari awal kami berkenalan, aku sudah mengatakan bahwa aku sudah
melabuhkan hatiku untuk seseorang. Itu sebagi benteng pertahanan agar mereka
tidak mengusikku terlalu jauh lagi. Tapi kenyataannya bertolak belakang, mata
dan telinga mereka seolah dibuat tuli. Mereka tetap saja melakukan hal yang
membuatku risi. Seperti menanyakan beberapa hal yang menjadi privasiku. Aku
sudah berusaha menghindar sebisaku, namun mereka tetap saja gigih. Mungkin
mereka beranggapan selama janur kuning belum melengkung tidak ada salahnya
untuk berjuang. Aku pun tidak bisa menyalahkan mereka atas semua itu. Sebab aku
paham betul setiap orang berhak mencintai seseorang yang mereka cintai meski
tanpa sebuah balasan.
Bagiku, untuk jatuh
cinta pada seseorang itu tidak semudah membalikan telapak tangan atau pun
tertidur dengan mudah di saat lelah menyerang.
Tidak mudah pula untuk
menolak setiap cinta yang datang, tapi akan lebih sulit jika kita membuatnya
berharap namun kenyataannya kita tidak begitu semenginginkan hal itu.
Mereka hanya dua di antara
orang-orang yang masuk ke dalam playlist
pria yang kutolak.
Penolakan itu memang
menyakitkan. Atau mungkin lebih tepatnya kukatakan sebagai pembalasan atas apa
yang telah kita berikan. Perasaan tulus yang telah kita simpan dengan baik,
yang kita berikan pada seseorang mendapatkan balasan yang jauh sekali dari kata
layak dan setimpal. Tapi, mau bagaimana lagi. Perasaan memang tidak bisa
dipaksakan. Dan kita pun tak bisa menuntut apa pun. Jika berani jatuh cinta
maka harus siap dengan segala risikonya. Termasuk harus merasakan patah hati,
dan tidak enaknya ditolak.
Mari akan kuceritakan
satu persatu dengan runtutan kejadiannya.
Awalnya, di hari
pertama masuk kuliah Mardian namanya. Dia mengantarkanku pulang padahal aku tahu
rumahnya denganku berbeda sangat jauh. Aku tahu karena kami bercerita banyak
hal disepanjang perjalanan.
Disitu aku mulai
curiga, sepertinya dia memiliki perasaan yang berbeda. Dan terbukti dengan
ketika dia telah mengantarkanku pulang, malamnya dia langsung menyakan hal yang
tidak membuatku terlalu kaget. Hanya sebuah kejelasan atas keinginannya
tentangku, terpaksa pada malam itu juga. Walau sebenarnya aku tidak ingin
terlalu dini membuat orang yang baru kukenal patah hati. Tapi, apa boleh buat,
itu untuk membuatnya tidak terlalu dekat denganku. Aku mengatakan padanya bahwa
hatiku sudah dilabuhkan pada seseorang. Meski itu memang tak sepenuhnya kebohongan.
Karena, kenyataannya aku memang sedang terlibat sebuah status yang etah harus
kunamai apa itu dengan seseorang. Hanya sebuah status yang didasari dari kata
saling menyayangi, ingin melindungi dan membuat bahagia. Tanpa ada kata jadian,
status resmi atau apapun itu, karena aku memang tak peduli pada status apa pun
di antrara kami. Selama perasaan sudah terikat satu dengan yang lainnya itu
sudah lebih dari cukup.
Aku sempat berpikir
apakah sebegitu mudahnya bagi seorang pria jatuh cinta? Cinta pada pandangan
pertama itu konyol. Cinta itu selalu butuh proses dan waktu. Dan sejak itu aku
sudah tidak ingin terlalu dekat dengannya, mengubur rasa ingin menjadikannya
seorang teman.
Sedangkan untuk yang
kedua. Dia orang yang terkenal di kampus. Bukan karena dia ganteng atau pun
kaya tapi karena dia merupakan ketua senat, Rama namanya. Celakanya ibu-ibu
gosip yang ada di kelasku itu tahu tentang dia yang mendekatiku.
Semuanya berawal ketika
ada acara kampus keluar kota. Dia menghubungiku untuk menanyakan persiapan
penampilan untuk acara puncak nanti, karena aku merupakan ketua kelas
dijurusanku. Waktu terus bergulir hingga tiba pada saat dia mengatakan hal yang
membuatku sedikit merasa bersalah. Bukannya aku tidak menghargai apa yang dia
berikan dan dia katakan.
Hanya saja, aku tidak
bisa dan aku tidak menyukainya sama sekali.
Mulai detik itu aku
tidak pernah lagi membalas chatannya. Kecuali, jika itu penting dan seputar
kampus.
Menjadi Queenbe itu
tidak selalu menyenangkan. Karena, di dunia ini memang tak ada hal yang
benar-benar sempurna. Temasuk menjadi seorang ratu sekalipun.
Komentar
Posting Komentar