Perjalanan Merampungkan Ingatan
Di suatu tempat, yang entah harus dinamai apa, gemuruh itu semakin menjadi-jadi, makin tak terkendali. Ia merengek ingin dituntaskan, tapi pada apa? pada siapa?
Dikeningmu tumbuh gelisah yang semakin susah diatur
Tak cukup diberikan asupan pengetahuan tanpa pengalaman
Sedangkan di punggungmu hinggap mata-mata
Ia terus menempel, melihat hal-hal yang seharusnya tak dilihat
Perlahan tapi pasti kamu limbung, diterpa badai bingung
Sampai suatu hari, kamu melakukan perjalanan panjang merampungkan ingatan
Dengan gemuruh yang semakin runtuh di pundak dan dadanya, ia terseok, mencari celah untuk kembali berdiri. Tak apa, jika harus tertatih, ia hanya perlu dan ingin berjalan. Ia tak bisa tetap tinggal, tak mungkin. Di bawah malam yang semakin lengang, ia mengatupkan mata, meremas dadanya berkali-kali. Ternyata dia memang belum sekuat yang ia pikirkan. Pada akhirnya, ia tak bisa berbuat apa-apa selain pergi. Ia perlu berlatih kembali. Menjadi lebih kuat dan damai dari sebelumnya. Jika ia tak bisa melakukan hal sulit itu, bahagia tak akan pernah bisa datang menghampirinya sama sekali. Seperti hari ini.
****
Cikarang, 17 Januari 2022
Sintia NA
Komentar
Posting Komentar