Berdamai dengan Hal Paling Menyakitkan




 Kamu peluk dan tumpuk erat-erat rasa sakit di hati serta kepalamu. Hari-hari buruk kemudian datang, membuatmu semakin kepayang, tak karuan. Kamu ingin berhenti, dan melepaskan semuanya tanpa merelakan dan memaafkan yang telah bersalah. Kamu ingin melindungi diri sendiri dari ego yang selalu memaksamu untuk tak mau mengakui kesalahan. Kamu selalu mencari pembenaran atas apapun yang kamu lakukan, tak peduli apapun, kamu selalu merasa yang paling benar.

Kemudian, berbagai hal membuatmu kecewa dan menangis tersedu. Kamu merasa dunia tak adil, mengutuknya dengan amarah yang memburu. Menyalahkan segalanya. Berulang-ulang hal itu terjadi.

Sampai pada akhirnya, kamu sampai pada titik ketika kamu mulai memikirkan segala hal yang telah kamu lakukan sejauh ini. Kamu mulai belajar menerima berbagai hal. Berlapang dada dengan segala rasa sakit. Menerima kekecewaan selebar-lebarnya dalam hatimu.

Kebahagiaan sejati yang kamu cari akhirnya menghampirimu, berbincang di teras hatimu dengan penuh suka cita. Ternyata aku bukannya tak menemukanmu, aku hanya sering melewatkanmu saja, katamu padanya.


****

Cikarang, 09 Agustus 2022

Sintia NA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk Semesta

Hal yang Kamu Lupakan Itu 'Aku'