CERMIN ( Cerita Mini )



Hujan Biru


Oleh : Sintia NA

******

Harusnya aku menuruti apa yang Ibu katakan tadi. Jadinya kan repot kalau sudah begini.
Aku terjebak tak bisa pulang karena tetesan air dari langit membasahi bumi.
Hujan deras mengguyur kota Bandung malam itu. Orang-orang ada yang lebih memilih menerobos hujan karena waktu sudah menunjukan hampir tengah malam. Ada juga yang menunggu hujan reda sepertiku.

Aku menuggui hujan, di depan sebuah toko kue 'Williana' yang terletak tak jauh dari pusat kota. Aku menimang-nimang benda persegi empat digenggaman, mengecek beberapa kali layar itu, siapa tahu ada telepon atau chat yang masuk. Tapi, benda itu tak kunjung memberikan tanda-tanda tentang sesuatu yang kutunggu itu.
Aku menghela napas panjang, menengok ke kanan dan kiri secara teliti.

Dari kejauhan aku melihat seseorang yang sedang berjalan menghampiriku, yang aku hapal betul postur tubuhnya. Serta, mantel yang ia gunakan. Aku tersenyum, dia akhirnya datang juga.
Semakin dekat jaraknya denganku, wajahnya semakin terlihat. Rahang yang tegas serta matanya yang tajam membuat dia semakin sempurna di mataku.

Tanpa berbicara sepatah kata pun ia memakaikan mantel yang ia kenakan padaku.
Menggenggam tangan serta memeluk pinggangku dengan erat. Membawaku menerobos hujan dengan payung yang ia bawa. Aku mendongak, kemudian menyamankan kepalaku di pundaknya.
Hujan boleh saja membuat langit menjadi kelabu. Tapi, tidak dengan hatiku.
Karena bagiku, hujan itu biru. Warna cerah favoritku. Seperti warna hatiku saat ini.
Semua karena kasih sayang dan dekapan hangatnya.
Ia, Mas Aliman. Orang yang menikahiku sepuluh tahun yang lalu.



**** 
Inspired by Song Rainy Blue

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Hanya Rangkaian Cerita yang Tak Tahu Akan Menjadi Apa

Aku Sedang Membaca Kata-kata Dalam Tempurung Kepalamu

CERPEN - Toples Selai Kacang