Masa Kecilku yang Lugu
Aku menatap seorang anak manis dengan dua lesung pipi. Ia sedang asik mengobrol dengan temannya, berbagi lollipop yang ada di tangan.
Anak lelaki yang meminta lollipop dari anak perempuan itu mengepalkan tangannya, ia mengatakan ada sesuatu di baliknya. Dengan mata yang berbinar-binar anak perempuan itu ingin melihat apa yang ada di dalamnya.
Si anak lelaki bilang, jika ingin melihat sesuatu di dalam kepalan tangannya, lollipop yang tadi mereka makan bersama harus menjadi miliknya sepenuhnya.
Awalnya, si anak perempuan ragu, karena lollipop itu merupakan pemberian dari Ayahnya yang sekarang sedang keluar kota.
Tapi, rasa penasaran mendominasi hatinya, akhirnya rela tidak rela ia menyerahkan lollipop itu.
Ketika lollipop itu sudah ada di tangan anak lelaki, ia kabur dengan sangat cepat.
Si anak berlesung pipi kaget, lalu mengejarnya dengan muka cemberut.
Aku menggeleng, anak kecil memang selugu itu.
Dulu, aku juga begitu. Lugu, tulus, dan suci. Tapi sekarang semenjak dewasa aku terlalu memikirkan berbagai hal. Sering berprasangka buruk terhadap orang.
Terkadang, aku berpikir ingin kembali menjadi anak-anak yang selugu itu.
Yang tidak harus mempunyai banyak pikiran yang membingungkan, bahkan hanya untuk menolong orang.
Cibitung, 13 Feb 2020
Sintia NA
Komentar
Posting Komentar