Aku Tidak Berniat Menggandakan Luka
Aku menyadarkan diri berkali-kali, mengingat hari-hari lalu yang telah kita lewati sebelum kamu memutuskan datang kembali pada hari ini. Untukmu mungkin lukaku bukan apa-apa, seperti katamu kamu bisa menyembuhkannya jika diberikan kesempatan untuk melakukannya. Yang tidak kamu tahu dan paham adalah seberapa parah luka itu ada.
Aku yang sudah bersusah payah bangkit kembali, membuang segala hal yang mampu membuatku menyerahkan semua mimpi-mimpi dalam kesedihan yang diakibatkan olehmu. Dengan entengnya kamu berkata begitu. Apa kamu sepercaya diri itu bisa membuatku memberimu kesempatan lagi?
Aku hanya tersenyum, tatkala kamu mulai mengatakan hal-hal yang menurutku tak perlu, apalagi tentang masa lalu kita. Mungkin kamu menganggapku batu atau pedendam, tapi sungguh aku sama sekali tidak peduli dengan apa yang kamu pikirkan tentangku sekarang.
Semua ruang yang dulu penuh olehmu, kini sudah tak ada lagi. Kamu sudah bukan bagian dari ruang kehidupanku.
Kini, kamu hanya orang asing yang tidak aku izinkan singgah apalagi sampai menetap.
Aku menatapmu mantap "Jangan menyiksa diri begini. Kamu berhak bahagia. Tapi, bukan denganku."
Kamu menatapku sendu, "Kenapa? apa benar-benar sudah tak bisa?"
Sekali lagi aku menatapmu, "Tidak, aku tidak menyediakan lain kali untukmu. Aku benar-benar tidak berniat menggandakan luka."
*****
Sintia NA
Cibitung, 13 Maret 2020
Komentar
Posting Komentar