Aku Hanya Ingin, Tidak untuk Apa-apa

                                                                                



Aku tidak pernah berpikir akan kembali mengalami hal yang sama. Menyukai sesuatu seperti ini. 
Dulu, aku pernah mengalaminya, lalu memilih berhenti. Dan sekarang semuanya terulang.

Aku sadar, kita memang boleh menyukai berbagai hal, seseorang, hanya saja tidak boleh melupakan siapa diri kita.
Dari mereka, seseorang yang sekarang sedang aku sukai, aku paham berbagai hal. Aku lebih memandang dunia dengan luas. Dengan artian yang lebih dalam lagi dari sebelumnya.

Kita diberikan napas, diberikan umur yang entah sampai kapan, untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Kita diciptakan untuk membuat sebuah impian. Mimpi-mimpi yang hanya terjadi ketika kita menutup mata, sebisa mungkin harus menjadi kenyataan ketika kita terbangun.

Bebera kali kita mungkin terjatuh, mengalami rasa sakit yang tidak mudah. Bukannya berhenti, dari sana kita terus belajar, lagi dan lagi. Semakin besar rasa sakit itu datang, sebesar itu pula, impian harus kita perjuangkan.

Kita menyadari, bahwa rasa sakit membuat kita berkali-kali sadar, ada yang memang harus kita wujudkan, untuk diri kita sendiri. Untuk membuktikan pada diri sendiri bahwa kita memang mampu dan kita berhak.

Kita tidak perlu berjuang sangat keras untuk membuktikan pada dunia bahwa kita memang bisa. Kita memperjuangkan sebuah impian untuk diri kita sendiri, untuk membuat diri kita bahagia dikemudian hari.

Dari sana, ketika kita berhasil, dunia pasti akan mengakui itu. Ketika dunia mengakuinya, itu adalah bonus. Jangan jadikan pengakuannya sebagai prioritas.

Meskipun jujur saja, mencintai diri sendiri lebih sulit dibandingkan mencintai orang lain (itu adalah kutipan lagu seseorang yang sangat aku sukai saat ini :*)


Aku ingin memperjuangkan impianku seperti mereka. Aku ingin menyukai mereka, dan aku hanya ingin, tidak untuk apa-apa.



***** 


Purwakarta, 15 Juni 2020
Sintia NA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Hanya Rangkaian Cerita yang Tak Tahu Akan Menjadi Apa

Aku Sedang Membaca Kata-kata Dalam Tempurung Kepalamu

CERPEN - Toples Selai Kacang