Untuk Impianmu yang Sempat Tertunda
Kamu dengan mimpimu dan aku dengan kesetiaanku.
Kita berjalan pada jalur yang berbeda. Kamu memilih untuk pergi tapi tidak benar-benar menghilang, sampai aku paham kita sudah tak lagi sama.
Aku tidak pernah menyalahkan impianmu. Aku juga tidak pernah menyalahkan kesetiaanku.
Hanya saja, aku cukup menyesal ketika menyadari satu hal, bahwa aku dan kamu terlalu cepat memutuskan untuk bersama pada awalnya.
Kamu selalu meyakinkanku, bahwa tidak pernah ada yang salah tentang pertemuan.
Aku percaya itu. Tapi, sekarang itu rasanya terasa abu-abu.
Aku menyadari, aku harus kembali berjuang setelah kepergianmu. Berjuang tentang semua impian yang sempat aku ke sampingkan untuk mendukung segala impianmu.
Aku mulai menata, hal yang benar-benar aku lupa.
Aku kembali mencari keping-keping ingatan yang sempat aku tinggalkan.
Waktu melesat amat jauh. Aku tidak pernah mendengar lagi tentangmu. Kita benar-benar menjadi orang asing.
Aku berjalan di bawah rindang sakura yang berguguran. Di sudut bangku itu aku melihat siluet yang tak akan pernah aku lupa.
Kuperhatikan lama, sampai kau menoleh.
Kita sama-sama terdiam, mengatur perasaan masing-masing.
Aku dengan dunia pikiranmu begitu pun dengan aku.
Tapi, aku hanya tersenyum, tatkala aku melihat seorang wanita menghampirimu dengan sebuah cintin tersemat di jarimanisnya.
Aku berjalan ke arahmu, melewati kalian berdua.
Pada akhirnya ini memang cara Tuhan agar membuatku kembali memperjuangkan impianku.
Agar aku bisa bersama dengan seseorang yang tidak pernah keberatan tentang semua yang aku inginkan.
Terima kasih.
*****
Purwakarta, 26 Juni 2020
Sintia NA
Komentar
Posting Komentar