Sesuatu yang Tak Pernah disadarinya Sejak Dulu

                                                                                   


Dalam diamnya ia peduli. Ia tidak pernah ingin dilihat oleh siapa-siapa. Ia hanya ingin memastikan kesayangannya bahagia dan baik-baik saja. Baginya tak peduli seberat apapun ia melakukannya ia akan dengan senang hati untuk itu. Meski seseorang itu tak pernah tahu. Baginya ketika ia sudah memutusakan untuk peduli dan menyayangi seseorang itu, itu adalah keputusannya sendiri. 

Sedangkan seseorang yang ia pedulikan ia tahu dipedulikan, tapi ia tidak pernah menganggapnya sesuatu yang berbeda dan harus diistimewakan. Sampai tiba saat di mana, segala hal yang selalu ia dapatkan berhenti tiba-tiba. Ia merasa ada hal janggal yang asing, ia mencari-cari dalam kedalaman pikiran dan hatinya apa yang terjadi dan berubah. Dari sana ia benar-benar mencoba memahami perasaannya sendiri. Setelah sekian lama ia akhirnya sadar.
Ia mencari ke sana ke mari seseorang itu, ia begitu gugup dan bodoh. Ia benar-benar takut akan apa yang bisa terjadi setelahnya.

Di suatu sudut waktu, ia melihat seseorang yang dicarinya dengan terburu-buru tengah duduk di bawah senja beralaskan pasir berkilauan. Ia tersenyum, matanya memancarkan bahagia yang tak pernah orang lain lihat sebelumnya, termasuk dirinya. Tiba-tiba saja matanya basah kuyup.
Ia menyapu matanya dengan sudut baju lusuh yang dua hari sudah tak diganti.

Ia terlambat..

Seseorang itu telah menemukan hal lain yang bisa membuatnya bahagia.

Sedangkan sosok laki-laki yang kini sedang tersenyum, menyipitkan matanya, ingin melihat lebih jelas seseorang di depannya.
Sekarang ia paham, meski sebuah perasaan sayang memang seutuhnya miliknya tapi, harus selalu ada yang menerima dan membalasnya.
Jika ia tahu, jika seperti ini rasanya ada seseorang yang bisa membuka hatinya untuk dirinya sudah sejak awal ia akan lebih memilih, menyayangi seseorang yang juga menyayanginya.

Bukan seseorang yang hanya membiarkannya merasakan perasaannya sendirian, meskipun ia sepenuhnya tahu, ia yang memang sudah memutuskan itu.



******* 

Purwakarta 2020

Sintia NA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Hanya Rangkaian Cerita yang Tak Tahu Akan Menjadi Apa

Aku Sedang Membaca Kata-kata Dalam Tempurung Kepalamu

CERPEN - Toples Selai Kacang