Kita Tidak Perlu Sama
Beberapa orang disekitarnya berisik, membicarakan segala hal. Dari mulai anak baru di kantor sebelah, pengiriman kantor yang dari kemarin selalu mengalami keterlambatan, potong gaji, masih banyak lagi.
"Mil, kamu ga ikutan ngerumpi bareng kita?" Sira menepuk pundaknya pelan.
Mila hanya tersenyum lantas menggeleng.
"Dia mh kan asik sama dunianya sendiri, yang korea-koreaan atau nulis puisi-puisi patah hatinya yang menuh-menuhin laptop," Diar mencibir dengan ketus.
"Yaelah, peduli amat sama hidup orang. Gw aja ga pernah keberatan sama suara lu yang lebih keras dari klakson kalo lagi rumpi," Mila yang tak tahan menyerang balik.
Semua orang yang di sana terbahak. Mila memang seseorang yang tidak terlalu banyak bicara. Tapi, ketika kenyamanan nya diusik padahal dia tidak pernah mengusik siapapun ia akan berubah menjadi wanita bermulut super pedas.
Mereka bubar, kembali melanjutkan pekerjaan mereka karena istirahat juga sudah berakhir. Beberapa orang mengacungkan jempol pada Mila sebelum pergi ke meja masing-masing.
Mila, menghela napas. Orang-orang seperti itu memang tidak mudah untuk diberikan kesabaran, batinnya.
****
Purwakarta, 25 Juni 2020
Sintia NA
Komentar
Posting Komentar